Minggu, 11 Desember 2016

Menghindari Sekulerisme Politik ala Cak Nun

Menghindari Sekulerisme Politik ala Cak Nun
 
Menghindari Sekulerisme Politik ala Cak Nun
Emha Ainun Nadjib 

Kendal, (13/10).Suasana lapangan Pancasila SMAN 1 Kendal makin meriah saat Cak Nun dan rombongan Kiaikanjeng naik ke atas panggung. Dalam rangka memperingati HUT ke-55 SMAN 1 Kendal, rasa kekeluargaan terasa amat kental dengan hadirnya siswa-siswi, para guru dan alumni, yang telah menempatkan diri sejak habis maghrib bukti antusiasme warga SMAN1 Kendal yang amat tinggi pada pengajian yang bertemakan; Ngaji bareng Cak Nun dan Kiaikanjeng.

Acara pembuka dimeriahkan oleh kolaborasi dari Ganesha Orkestra dengan grub rebanana SMAN 1 Kendanl. Suasana bertambah khidmad saat pembacaan puisi ciptaan Cak Nun dan musikalisasinya oleh siswa.
Pada bagian awal, Cak Nun mengajak hadirin untuk bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu Syukur untuk menyatakan syukur atas anugrah Tuhan atas negara ini. Sehaluan dengan rasa syukur ini, Cak Nun memaparkan bahwa rasa nasionalisme dan cinta tanah air merupakan syariat atau perintah Allah. “Jadi, ada hubunganya  antara menjadi orang Indonesia dengan Tuhan” kata Cak Nun. Hal ini diingatkan Cak Nun dengan maraknya pemikiran politis modern yang cenderung memisahkan antara tanah air dengan Tuhan. Padahal , antara kita, tanah air, dan Tuhan selalu berhubungan.
Semua pemahan yang keliru dalam penerapan birokrasi, politik ini disebabkan oleh sekulerisme yang semakin menjadi-jadi di negri ini, karena menurut Cak Nun tata negara tidak bisa dipisahkan dengan Tuhan. Dikarenakan hal ini Cak Nun mengajak para guru agar tidak terseret dalam sekulerisme politik sehingga dapat menmbimbing siswa melalui ekstrapemahaman komprehensif.
  Dengan cara yang unik, Cak Nun mengajak siswa untuk ikut andil menyampaikan gagasan-gagasan dan mengomentari kehidupan ketata negaraan di Indonesia. Para siswa dan jamaah lainya mendengarkan dengan baik apa-apa yang disampaikan oleh Cak Nun. Diskusi yang didalamnya berlangsung penyampaian gagasan-gagasan sangat enak dipandu oleh Cak Nun, dengan diselingi banyolan dan persembahan musik dari Kiaikanjeng, menjadi menambah daya tarik pada acara tersebut.
“Keselarasan Kiaikanjeng dalam membawakan berbagai aliran musik tanpa meninggalkan culture Indonesia, membuat daya tarik tersendiri “. Tutur pesertra dari aktifis PMII sekaligus mahasiswa UIN Walisongo.
Respon-respon dari siswa menambah hidupnya suasana pada malam ini, bahkan pohon-pohon palm disekitar lapangan seolah-olah ikut menyimak pembicaraan hangat tersebut.  “Sepertinya Cak Nun benar-benar berhasil dalam membangun pola pikir kritis siswa-siswi SMANIK, sehingga lebih tertata dan  terpola”. Imbuhnya .
Dalam pertengahan sesi tanya jawab, sorak-sorai kegembiraan semakin meriah saat persembahan lagu keroncong yang dibawakan oleh Ibu Wiwik, seorang guru kimia SMA di SMA ini. Guru yang serba bisa kata anak-anak.
Penyampaian argumen antara Cak Nun dengan para siswa berlangsung secara ringan tapi berbobot, sehingga berlangsung berjam-jam sampai tidak terasa berada pada penghujung acara. Acara ditutup dengan pembacaan sholawat nabi yang diiringi oleh gamelan dari Kiaikanjeng yang membuat atmosfer rasa syukur semakin kuat. Kamis, (13/10)

(Ahmad Zaim Yunus)
 


0 komentar:

Posting Komentar